Latest Stories
What is new?
Agenda
Berita
»
Komaruddin: Mayoritas Pesantren Moderat
Komaruddin: Mayoritas Pesantren Moderat
By Ki Juru Ketik On Rabu, 26 September 2012
Berita
0 comments
SEMARANG--Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat mengatakan mayoritas pondok pesantren yang ada di Indonesia berpandangan moderat.
"Lebih-lebih pesantren Nahdlatul Ulama (NU), moderat sekali. Cikal bakal pesantren di Indonesia kan dari NU," katanya usai Orientasi Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang, Sabtu.
Berkaitan dengan aksi terorisme yang dikaitkan dengan pendidikan di pesantren, ia mengatakan wajar jika aksi pelaku terorisme dikaitkan dengan pendidikannya sehingga masing-masing pihak harus saling mengoreksi.
Ditanya soal Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, kerap dikaitkan dengan aksi terorisme karena beberapa pelaku terorisme merupakan jebolan ponpes itu, Komaruddin mengingatkan harus dikoreksi apakah tuduhan itu berdasar.
"Ponpes Ngruki sendiri juga harus melakukan evaluasi. Kalau kemudian dikait-kaitkan, sedikit banyak bisa dimaklumi, karena itu hendaknya melakukan evaluasi," kata Guru Besar Filsafat Agama UIN Jakarta itu.
Bahkan, kata dia, pernah pula ada alumni UIN Jakarta yang terlibat terorisme, tetapi patut dipertanyakan apakah memang produk UIN, mengingat sudah alumni lama dan bisa saja mendapat pengaruh dari luar.
Menurut dia, pesantren mana pun, sekalipun Ponpes Ngruki, kalau diteliti kurikulum dan pendidikannya pasti tidak ada yang mengajarkan aksi terorisme, sebab terorisme memiliki metode dan pola rekrutmen tersendiri.
"Mereka (teroris, red.) pasti menggarapnya di luar institusi pendidikan, misalnya melalui pengajian, sembahyang malam, serta diskusi, dan itu di luar kurikulum dan institusi sehingga sulit ditelusuri," katanya.
Pengaitan aksi terorisme dengan lulusan pesantren, kata dia, memang memengaruhi citra pesantren secara umum, tetapi tidak besar.
"Sebab, pesantren itu terbuka sekali. Saya ini orang pesantren. Siapa pun boleh tidur di situ, mau berapa bulan. Orang asing saja boleh di pesantren. Perekrutan itu kan di luar (pesantren, red.)," kata Komaruddin.
"Lebih-lebih pesantren Nahdlatul Ulama (NU), moderat sekali. Cikal bakal pesantren di Indonesia kan dari NU," katanya usai Orientasi Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang, Sabtu.
Berkaitan dengan aksi terorisme yang dikaitkan dengan pendidikan di pesantren, ia mengatakan wajar jika aksi pelaku terorisme dikaitkan dengan pendidikannya sehingga masing-masing pihak harus saling mengoreksi.
Ditanya soal Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, kerap dikaitkan dengan aksi terorisme karena beberapa pelaku terorisme merupakan jebolan ponpes itu, Komaruddin mengingatkan harus dikoreksi apakah tuduhan itu berdasar.
"Ponpes Ngruki sendiri juga harus melakukan evaluasi. Kalau kemudian dikait-kaitkan, sedikit banyak bisa dimaklumi, karena itu hendaknya melakukan evaluasi," kata Guru Besar Filsafat Agama UIN Jakarta itu.
Bahkan, kata dia, pernah pula ada alumni UIN Jakarta yang terlibat terorisme, tetapi patut dipertanyakan apakah memang produk UIN, mengingat sudah alumni lama dan bisa saja mendapat pengaruh dari luar.
Menurut dia, pesantren mana pun, sekalipun Ponpes Ngruki, kalau diteliti kurikulum dan pendidikannya pasti tidak ada yang mengajarkan aksi terorisme, sebab terorisme memiliki metode dan pola rekrutmen tersendiri.
"Mereka (teroris, red.) pasti menggarapnya di luar institusi pendidikan, misalnya melalui pengajian, sembahyang malam, serta diskusi, dan itu di luar kurikulum dan institusi sehingga sulit ditelusuri," katanya.
Pengaitan aksi terorisme dengan lulusan pesantren, kata dia, memang memengaruhi citra pesantren secara umum, tetapi tidak besar.
"Sebab, pesantren itu terbuka sekali. Saya ini orang pesantren. Siapa pun boleh tidur di situ, mau berapa bulan. Orang asing saja boleh di pesantren. Perekrutan itu kan di luar (pesantren, red.)," kata Komaruddin.
Post: Kompas.com
Repost: P3M
About Ki Juru Ketik
Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.
Tidak ada komentar: