Latest Stories
What is new?
Agenda
Berita
»
Saatnya NU Menjadi Muslim Moderat
Saatnya NU Menjadi Muslim Moderat
By Maxhavellar On Minggu, 19 Juni 2011
Berita
0 comments
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA----Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat Islam dinilai masih tertinggal di berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Karena itu, NU harus semakin memantapkan diri untuk menjadi gerbong muslim moderat meski tetap membawa tradisi.
Tokoh muda NU, Zuhairi Misrawi mengungkapkan keseimbangan pendidikan tradisional dan modern masih relevan untuk diterapkan hingga setidaknya 40 tahun ke depan. Hal itu sesuai dengan rumusan pendiri NU, Wahid Hasyim yakni menggabungkan pendidikan tradisional dan modernitas. “Dalam tradisi NU, kalau mau tinggal landas, jangan tinggalkan tradisi budaya yang sudah ada tapi sekaligus mengadopsi modernitas, “ ujarnya dalam Dialog Budaya Tokoh Muda NU di IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (18/6).
Acara dialog budaya tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan satu abad Wahid Hasyim. Dalam acara itu turut hadir tokoh NU seperti Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Sholahuddin Wahid dan sejumlah tokoh muda NU diantaranya Ahmad Baso, Irfan Asy’ari Wahid, Jadul Maulana, dan Yusuf Khudori.
Dia mengungkapkan untuk menjadi generasi muslim moderat, masyarakat NU harus mampu merekonsiliasi teks dan konteks. Hal itu ditunjukkan dalam sikap adil dalam menerjemahkan teks dalam kehidupan sehari-hari di satu sisi dan memahami realitas kekinian yang juga harus diakomodasi. “Ini harus jadi gerakan di pesantren yang tidak banyak mengadopsi ilmu sosial dan kemodernan, “ ujarnya.
Untuk menjadi gerbong muslim moderat, lanjutnya,NU harus mekampanyekan perdamian dan anti kekerasan. Selama ini, NU telah dikenal memiliki toleransi tinggi kepada kelompok minoritas. “Itu sudah ciri khas NU sejak merumuskan Pancasila dan Preambule UUD 1945, “ ungkapnya.
Dia menilai NU juga mesti mengadopsi paham modern seperti demokrasi dan hak asasi manusia. Tak ketinggalan, keadilan gender juga harus diadopsi di dalam kehidupan masyarakat NU. “Sebenarnya, dalam sejarah Muslimat serta Fatayat, keseteraaan gender sudah diadopsi dan ini akan terus relevan, “ ungkapnya.
Ke depan, tradisi dan paham modern itu mesti menjadi gerakan wacana yang serentak. Selain itu, Zuhairi mengatakan NU perlu meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakatnya. “NU masih terbelakang dalam ekonomi karena itu gerkan agenda kebijakan public perlu diprioritaskan. Yang paling krusial yakni bagaimana mendorong anggaran daerah digunakan untuk kepentingan publik, “ terangnya.
Tokoh muda NU sekaligus anggota komnas HAM, Ahmad Baso menambahkan pemikiran Wahid Hasyim perlu direnungkan kembali untuk membangun masyarakat NU. Untuk menjadikan Islam sebagai maslahat bagi manusia, maka harus melebur dalam kehidupan sehari-hari. “Di tengah banyaknya kasus yang melanda negeri ini, dimana pilar-pilar kebangsaan kebangsaan kita makin dikendorkan, dan dibuat goyah, Pancasila mulai ditinggalkan, saya kira patut merenungkan kembali pemikiran kyai Wahid Hasyim, “ ujarnya.
Sementara itu, Sholahuddin Wahid menngungkapkan NU harus instropeksi diri untuk melangkah maju. Sebagai organisasi Islam terbesar, NU masih tertinggal dalam berbagai bidang. "NU masih lebih besar dari Muhammadiyah tapi Muhammadiyah lebih kuat, " ujarnya
Tokoh muda NU, Zuhairi Misrawi mengungkapkan keseimbangan pendidikan tradisional dan modern masih relevan untuk diterapkan hingga setidaknya 40 tahun ke depan. Hal itu sesuai dengan rumusan pendiri NU, Wahid Hasyim yakni menggabungkan pendidikan tradisional dan modernitas. “Dalam tradisi NU, kalau mau tinggal landas, jangan tinggalkan tradisi budaya yang sudah ada tapi sekaligus mengadopsi modernitas, “ ujarnya dalam Dialog Budaya Tokoh Muda NU di IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (18/6).
Acara dialog budaya tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan satu abad Wahid Hasyim. Dalam acara itu turut hadir tokoh NU seperti Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Sholahuddin Wahid dan sejumlah tokoh muda NU diantaranya Ahmad Baso, Irfan Asy’ari Wahid, Jadul Maulana, dan Yusuf Khudori.
Dia mengungkapkan untuk menjadi generasi muslim moderat, masyarakat NU harus mampu merekonsiliasi teks dan konteks. Hal itu ditunjukkan dalam sikap adil dalam menerjemahkan teks dalam kehidupan sehari-hari di satu sisi dan memahami realitas kekinian yang juga harus diakomodasi. “Ini harus jadi gerakan di pesantren yang tidak banyak mengadopsi ilmu sosial dan kemodernan, “ ujarnya.
Untuk menjadi gerbong muslim moderat, lanjutnya,NU harus mekampanyekan perdamian dan anti kekerasan. Selama ini, NU telah dikenal memiliki toleransi tinggi kepada kelompok minoritas. “Itu sudah ciri khas NU sejak merumuskan Pancasila dan Preambule UUD 1945, “ ungkapnya.
Dia menilai NU juga mesti mengadopsi paham modern seperti demokrasi dan hak asasi manusia. Tak ketinggalan, keadilan gender juga harus diadopsi di dalam kehidupan masyarakat NU. “Sebenarnya, dalam sejarah Muslimat serta Fatayat, keseteraaan gender sudah diadopsi dan ini akan terus relevan, “ ungkapnya.
Ke depan, tradisi dan paham modern itu mesti menjadi gerakan wacana yang serentak. Selain itu, Zuhairi mengatakan NU perlu meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakatnya. “NU masih terbelakang dalam ekonomi karena itu gerkan agenda kebijakan public perlu diprioritaskan. Yang paling krusial yakni bagaimana mendorong anggaran daerah digunakan untuk kepentingan publik, “ terangnya.
Tokoh muda NU sekaligus anggota komnas HAM, Ahmad Baso menambahkan pemikiran Wahid Hasyim perlu direnungkan kembali untuk membangun masyarakat NU. Untuk menjadikan Islam sebagai maslahat bagi manusia, maka harus melebur dalam kehidupan sehari-hari. “Di tengah banyaknya kasus yang melanda negeri ini, dimana pilar-pilar kebangsaan kebangsaan kita makin dikendorkan, dan dibuat goyah, Pancasila mulai ditinggalkan, saya kira patut merenungkan kembali pemikiran kyai Wahid Hasyim, “ ujarnya.
Sementara itu, Sholahuddin Wahid menngungkapkan NU harus instropeksi diri untuk melangkah maju. Sebagai organisasi Islam terbesar, NU masih tertinggal dalam berbagai bidang. "NU masih lebih besar dari Muhammadiyah tapi Muhammadiyah lebih kuat, " ujarnya
Redaktur: taufik rachman
Reporter: C01
Sumber: Republika Online, Sabtu, 18 Juni 2011
About Maxhavellar
Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.
Tidak ada komentar: